JAKARTA – Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) beberapa bank besar seperti Bank Mandiri dan Bank Central Asia mengalami pertumbuhan sepanjang tahun 2022. DPK sangat penting bagi perbankan karena membantu mereka dalam melakukan intermediasi dan pembiayaan. Bank Mandiri misalnya, mencatatkan pertumbuhan DPK sebesar 15,46% YoY. Bank Central Asia membukukan pertumbuhan DPK sebesar 6% YoY, sementara Bank Negara Indonesia mengalami pertumbuhan DPK sebesar 5% YoY.
Walaupun industri perbankan mengalami pertumbuhan DPK yang cukup tinggi pada Desember 2022, Bank Indonesia memprediksi bahwa pertumbuhan DPK pada triwulan pertama 2023 akan melambat. Bank Indonesia mengatakan dalam laporannya bahwa pertumbuhan DPK sebesar 31,3% pada triwulan pertama 2023 lebih rendah dibandingkan 82,1% pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan DPK yang melambat terjadi pada instrumen giro dan tabungan, sementara deposito diperkirakan akan meningkat dibandingkan Desember 2022.
Rincian penghimpunan DPK di bank-bank besar sepanjang tahun 2022.
- Bank Mandiri
Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 15,46 persen YoY dari Rp1.291,2 triliun pada akhir 2021 menjadi Rp1.490,8 triliun pada Desember 2022. Pertumbuhan DPK tersebut utamanya dipicu oleh peningkatan dana giro dan tabungan masing-masing sebesar 31,2 persen dan 13,5 persen YoY. Sementara itu, dana murah atau current account savings account (CASA) bank hanya mencatat pertumbuhan sebesar 365 bps menjadi 77,64 persen hingga akhir tahun 2022.
Kinerja Bank Mandiri ditopang oleh pengembangan aplikasi Super Apps seperti Livin’ dan Kopra by Mandiri yang tumbuh secara signifikan. Livin’ by Mandiri sudah diunduh lebih dari 22 juta kali dalam 15 bulan terakhir dan Kopra by Mandiri menjangkau 83.000 pengguna dalam satu tahun terakhir. Livin’ by Mandiri melayani lebih dari 1,64 miliar transaksi finansial dengan nilai transaksi sebesar Rp2.435 triliun atau tumbuh 48,4 persen YoY. Sementara itu, Kopra by Mandiri mengelola transaksi sebesar Rp18.567 triliun atau tumbuh 22 persen YoY. Kehadiran aplikasi tersebut turut membantu pertumbuhan DPK dan dana murah secara signifikan.
- Bank Negara Indonesia (BNI)
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatatkan pertumbuhan penghimpunan DPK sebesar 5 persen YoY sepanjang tahun 2022. Pertumbuhan tersebut utamanya dipicu oleh pertumbuhan dana giro sebesar 11 persen YoY dari Rp281,7 triliun menjadi Rp313,9 triliun pada Desember 2022. Sementara penghimpunan tabungan tumbuh 8 persen YoY dari Rp224,6 triliun pada Desember 2021 menjadi Rp241,8 triliun pada Desember 2022. CASA bank hanya mencatat pertumbuhan sebesar 10 persen sepanjang tahun. Walaupun giro dan tabungan tumbuh, deposito justru mencatat penurunan sebesar 7 persen YoY. Pada Desember 2022, BNI mencatat penghimpunan tabungan sebesar Rp206,9 triliun, turun dari Rp223,1 triliun pada Desember 2022.
Sementara itu, selama 2022, bank dengan kode emiten BBNI sudah mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp649,19 triliun, yang tumbuh dari posisi sebelumnya di Rp582,43 triliun. Direktur Keuangan BNI, Novita Anggraini, menjelaskan bahwa mereka memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sekitar 5 persen, didukung oleh konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah. “Kami melihat stabilnya ekonomi domestik akan menjadi katalis pertumbuhan bisnis yang sehat, dan pertumbuhan kredit perbankan tahun 2023 diperkirakan berkisar 7-9 persen,” ujarnya beberapa waktu lalu. Sementara itu, dalam hal dana pihak ketiga (DPK), BNI menargetkan pertumbuhan DPK akan berada pada level 7,2-8,5 persen. Novita menambahkan bahwa mereka akan fokus pada pertumbuhan sektor tabungan dan giro yang dihasilkan dari strategi untuk membangun transaction-based CASA (Current Account Saving Account) melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif dan dapat diandalkan.
- Bank Central Asia (BCA)
Bank Central Asia Tbk. (BCA) tercatat membukukan pertumbuhan himpunan dana pihak ketiga (DPK) sepanjang 2022 sebesar 6 persen secara tahunan. Pertumbuhan DPK utamanya didukung oleh himpunan giro yang tumbuh 13 persen YoY mencapai Rp321,8 triliun sepanjang 2022 dari sebelumnya sebesar Rp284,6 triliun pada Desember 2021. Sementara untuk tabungan, BCA tercatat membukukan pertumbuhan sebesar 9 persen mencapai nilai Rp520,3 triliun hingga kuartal ke-IV/2022 dari sebelumnya sebesar Rp479,4 triliun pada Desember 2021. Dengan demikian, rasio Current Account Saving Account (CASA) perusahaan juga tercatat tumbuh 6 persen YoY menjadi Rp842,2 triliun sepanjang 2022. Himpunan deposito juga tercatat mengalami penurunan sebesar 11 persen atau turun menjadi Rp181,3 triliun sepanjang 2022 dari sebelumnya sebesar Rp202,9 triliun sepanjang 2021. Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera, menjelaskan bahwa pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa perkembangan ekosistem secara hybrid baik melalui platform online maupun offline memacu frekuensi dan membawa pemasukan giro dan tabungan. “Dalam hal pendanaan CASA, kontribusinya meningkat hingga 82 persen dari total DPK,” ujar Hera.
- Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Bank Rakyat Indonesia (BRI) belum mengumumkan laporan publikasi sepanjang 2022. Secara terinci, produk giro tumbuh paling tinggi yaitu 32,8 persen YoY menjadi Rp291,3 triliun. Kemudian disusul oleh pertumbuhan tabungan sebesar 5,3 persen YoY menjadi Rp502,6 triliun dan deposito yang naik 3,4 persen YoY menjadi Rp439,9 triliun. Pertumbuhan dana murah (giro dan tabungan) membuat rasio CASA bank meningkat sebesar 230 basis poin menjadi 64,3 persen.
Sumber : finansial.bisnis.com